Saraswati Dewi Ilmu Pengetahuan
HINDUALUKTA -- Dalam Buku Tulisan Susila Dan Kawan-kawan tahun 2009 dijelaskan bahwa Saraswati terdiri dari kata “Saras” yang artinya sesuatu yang mengalir, ucapan. Sedangkan “Wati” yang berarti memiliki. Jadi Saraswati adalah sesuatu yang mempunyai sifat mengalir, sumber pengetahuan dan kebijaksanaan dengan gelar kehormatan-Nya adalah Dewi Saraswati.
Dewi Saraswati (foto: iwayansudiarta2) |
Penggambaran Dewi Saraswati
Saraswati adalah pasangan Brahma. Biasa digambarkan sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri (inner beauty kalau orang modern bilang). Saraswati kadang digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, atau angsa, atau burung merak, atau digambarkan bersama ketiga-tiganya. Wahananya sama dengan Brahma yakni angsa, meski kadang ia juga menunggangi merak.
Dewi Saraswati memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan yakni pikiran, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
• Lontar (buku), adalah kitab suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal, abadi, dan ilmu sejati.
• Genitri (tasbih / jalma-mala), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
• Wina (kecapi / rebab), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
• Damaru (kendang kecil).
Wahana Angsa Saraswati sendiri merupakan semacam simbol penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya (ketidakterikatan) yang sempurna, karena angsa memiliki kemampuan memilah makanan di antara lumpur (yang tak bisa dimakan) – memilah yang baik dan yang buruk. Angsa juga mampu berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, bahwa seorang yang bijaksana bisa hidup layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.
Dewi Saraswati di Dalam Kisah Ramayana
Dewi Saraswati muncul dalam Utara Kanda, bagian epos Ramayana yang menceritakan saat Dasa Muka (Rahwana) dan ketiga saudaranya yakni Kumbakarna, Surpanaka, dan Wibisana bertapa dan bersemedi memohon anugerah dewa di Gunung Gokarna. Melihat tapa keempat saudara itu, Dewa Brahma akhirnya turun dan berniat memberikan anugerah pada keempat bersaudara itu.
Pertama-tama Dewa Brahma mendatangi Rahwana. Dewa Brahma menanyakan tentang apa yang diharapkan dalam tapanya ini. Rahwama mengajukan permohonan supaya Dewa Brahma menganugerahkan padanya seluruh kekuasaan di atas dunia. Di mana semua dewa, gandarwa, manusia dan seluruh makhluk di dunia ini tunduk padanya. Permohonan Rahwana ini dikabulkan.
Selanjutnya Dewa Brahma menuju pertapaan Wibisana dan menanyakan apa yang akan ia minta. Wibisana memohon agar Dewa Brahma memberikan anugerah berupa kesehatan dan ketenangan rohani, memiliki sifat-sifat utama, dan taat melakukan pemujaan kepada Brahman (Tuhan). Dewa Brahma mengabulkan permohonan Wibisana.
Begitu Dewa Brahma akan beranjak menuju pertapaan Kumbakarna para dewa berdatang sembah kepada Dewa Brahma dan memohon agar Dewa Brahma tidak mengabulkan apapun permohonan Kumbakarna. Pasalnya, Kumbakarna adalah raksasa yang maha hebat (bahkan dikatakan ia punya potensi melampaui Rahwana). Kalau ia punya kesaktian lebih dari yang sudah ia miliki, keselamatan manusia di dunia akan terancam. Meskipun ada ‘nota protes’ macam itu, Dewa Brahma tetap nekad memberikan anugerah. Sebab, jika tidak, Brahma merasa berlaku tidak adil kepada ketiga putra Resi Waisrawa. Apalagi Kumbakarna juga melakukan tapa yang tekun sehingga layak mendapat anugerah. Namun untuk memenuhi permohonan para dewa itu, Dewa Brahma punya akal. Ia memanggil istrinya, Dewi Saraswati, dan mengutusnya supaya berstana (berdiam) di lidah Kumbakarna dan membuat lidahnya salah ucap.
Setelah itu Dewa Brahma datang memberikan anugerah pada Kumbakarna. Kumbakarna memohon anugerah yakni agar selama hidupnya selalu senang. Semestinya ia mengucapkan "suka sada" (selalu senang), namun akibat Saraswati membelokkan lidah Kumbakarna, ucapan yang terlontar dari mulut raksasa tinggi besar itu adalah "supta sada" yang artinya selalu tidur. Andaikata Kumbakarna mendapatkan anugerah hidup selalu senang, maka besar kemungkinannya kondisi masa itu akan jadi lebih buruk. Seorang Rahwana saja sudah membuat seluruh raja di dunia manusia serta dewata kahyangan kerepotan, apalagi kalau ditambah dengan Kumbakarna. Ikut campurnya Dewi Saraswati dalam peristiwa ini setidaknya berhasil meminimalisir ‘dampak buruk’ duet Rahwana-Kumbakarna. Namun atas permohonan Rahwana, Brahma akhirnya mengurangi efek anugerah ini. Kumbakarna tidak akan tidur sepanjang masa. Ia hanya akan tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan berikutnya.
Dewi Saraswati dan Tujuh Rsi
Di dalam kesusastraan Weda, Saraswati adalah nama sungai yang disebut Dewa Nadi artinya sungainya para dewa. Sungai Saraswati terletak di selatan daerah Brahmawarta atau Kuruksetra. Di sebelah utara Kuruksetra ada sungai bernama sungai Dasdwati. Kedua sungai itu diyakini berasal dari Indraloka. Karena itulah disebut Dewa Nadi.
Ada peristiwa khusus yang terjadi di Lembah Sungai Saraswati ini, sebagaimana diceritakan dalam Salya Parwa (kitab kesembilan dalam epos Mahabaratha). Peristiwa di mana Dewi Saraswati menunjukkan perannya sebagai penjaga dan pemelihara (ajaran) kitab suci Weda. Konon di lembah sungai Saraswati, terdapat tujuh rsi ahli Weda (Sapta Rsi) yaitu Rsi Gautama, Bharadwaja, Wiswamitra, Yamadageni, Rsi Wasistha, Kasiyapa dan Atri. Ketika musim kemarau datang, keadaan di lembah sungai Saraswati itu kering. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik dan para Rsi pun kesulitan mencari bahan makanan. Sapta Rsi pun pindah ke tempat lain.
Sedangkan seorang putra Dewi Saraswati yang bernama Saraswata masih setia tinggal di lembah sungai Saraswati. Karena kesetiaannya tinggal di tempat itu, Saraswata mendapat perlindungan dari ibunya. Saraswata tetap bisa mendapat bahan makanan dari lembah sungai itu meski kondisinya tengah gersang. Sementara itu Para Rsi yang meninggalkan lembah sungai Saraswati sendiri, lambat laun tidak tahan pada keadaan yang sama sulitnya (atau malah lebih sulit) di tempat yang baru. Di tempat mereka yang baru, mereka malah jadi terlalu sibuk bekerja untuk meningkatkan harkat hidup sampai mereka lupa pada isi Weda. Padahal, memahami Weda merupakan suatu kewajiban yang mutlak sebagai identitas seorang rsi. Seorang rsi yang lupa isi Weda sama saja dengan rsi bohongan.
Pada akhirnya Sapta Rsi ini kembali ke lembah sungai Saraswati. Di lembah sungai Saraswati itulah para rsi mohon kesediaan Dewi Saraswati membangkitkan kembali kesadaran mereka dalam memahami isi Weda yang merupakan tugas pokok mereka. Dewi Saraswati berjanji akan memberi anugerah itu apabila para rsi bersedia menjadi siswanya. Para rsi pun ragu karena dua alasan :
1. Saraswati itu seorang dewi, yang berarti dia wanita. Mereka gengsi diajar oleh wanita.
2. Wajah Saraswati yang selalu tampak muda membuat para rsi lupa bahwa Saraswati adalah istri kakek mereka (sebagian Sapta Rsi adalah cucu-cucu Brahma) sehingga mereka malah bertanya,
"Apakah patut orang yang lebih tua (Sapta Rsi) berguru pada yang muda (Dewi Saraswati), karena Dewi sendiri masihlah sangat muda".
Saraswati sendiri menjawab :
“Seorang guru kerohanian tidaklah tergantung pada umurnya, kekayaannya, kebangsawanannya. Seorang guru kerohanian patut dilihat dari kemampuannya menguasai dan menyampaikan isi Weda. Kedewasaan spiritual Wedalah yang menjadi patokan utama".
Penjelasan itu menyebabkan semua rsi kalah argumen dan akhirnya berguru pada Dewi Saraswati.
Setelah kejadian itu, datang lagi enam puluh ribu orang menghadap Dewi Saraswati agar diterima sebagai murid karena ingin mendalami lautan rohani Weda. Lewat para resi dan siswa tadi, Dewi Saraswati menghidupkan dan menyebarkan isi Weda ke seluruh pelosok dunia. Oleh karena hal ini ia dijuluki ‘Mother of Vedas – Ibu Weda’.
Dewi Saraswati Dalam Aiterya Brahmana
Mitologi Dewi Saraswati juga muncul dalam kitab Aiterya Brahmana (Bagian dari Rigveda). Dikisahkan ada seorang brahmana bernama Rsi Kawasa yang adalah keturunan Wangsa Sudra (keturunan orang biasa, golongan petani dan peternak, bukan keturunan brahmana). Pada suatu ketika saat sang rsi tengah memimpin suatu upacara yajña, rekan-rekannya dari Wangsa Brahmana menentang keras tindakannya dan mengusir sang rsi ke padang pasir dengan tujuan agar ia mati di tengah-tengah padang pasir yang gersang itu. Namun di tengah padang itupun Rsi Kawasa tetap melakukan pemujaan kepada Brahman. Karena begitu khusuknya rsi itu melakukan pemujaan, Dewi Saraswati pun turun dari kahyangan dan mengajari Rsi Kawasa segala hal tentang Weda mantra lengkap dengan Stuti dan Stotranya. Rsi Kawasa belajar semua itu dengan tekun dan ketika Saraswati menganggap Rsi Kawasa sudah menguasai semuanya itu ia menyuruh Rsi Kawasa pulang dan menemui rekan-rekannya yang terdahulu.
Rsi Kawasa pun pulang dan para pandita dari Wangsa Brahmana yang semula mengusirnya kini dibuat terkagum-kagum akan pengetahuan Rsi Kawasa akan Weda baik teori maupun praktek kehidupan sehari-hari. Akibat keutamaannya itu, Rsi Kawasa diakui sebagai brahmana sejati.
Hari Raya Saraswati
Hari raya untuk memuja Saraswati ini dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung. Perayaan ini utamanya dilakukan di Bali di mana masyarakat memberikan persembahan pada Dewi Saraswati berupa kitab dan lontar serta memohon anugerah kepandaian dan kebijaksanaan kepada Sang Dewi.
- Stuti dan Strota sama-sama berupa mantra himne, bedanya Stuti adalah cuplikan dari Weda sementara Strota adalah rangkaian himne yang biasanya diciptakan oleh para Rsi.
- Jumlah anak Saraswati tidak pernah disebutkan dengan gamblang. Saraswata memang diakui sebagai anaknya namun empat Kumara (empat rsi kembar berwujud anak-anak) kemungkinan juga merupakan anak-anaknya.
Nama lain : Sharada, Veenapani, Pustaka dharini, Vidyadayini, Sarasvati, Mahadewi Saraswati.
Peran : Dewi pengetahuan, kesenian, kebijaksanaan, dan inspirasi
Arti Nama : Esensi Diri, Wanita (Agung) Yang Mengalirkan Pengetahuan
Realm : Brahmaloka
Wahana : Angsa atau Merak
Ras : Devi / Dewi
Afiliasi : Tridevi
Pasangan : Brahma
Dipublikasikan oleh Agung Joni 28 November 2015
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment