Dewi Uma Permaisuri Dewa Siwa Ibu Alam Semesta
HINDUALUKTA -- Dewi Uma adalah permaisuri Dewa Siwa (Batara Guru), dia merupakan anak dari Umarat dan ibunya bernama Dewi Nurweni. Dewi Uma dikenal sebagai dewi yang sangat sakti sehingga banyak dipuja oleh manusia. Dia dikenal juga dengan nama Dewi Umayi.
Dalam kisahnya Dewi Uma adalah Dewi yang pernah mati (bakar diri) kemudian hidup lagi sebagai individu baru, tapi entah kenapa jalan takdirnya menentukan pasangannya di setiap kehidupan sama saja. Oh ya, berbeda dengan rekan-rekannya sesama istri Trimurti, dewi satu ini juga terkenal karena jago berantem.
Foto:instagaram |
Dewi Sati
Sati adalah nama Uma di kehidupan pertamanya. Salah satu dari sekian banyak putri Prajapati Daksha yang sangat ingin menikahi Siwa meski ditentang oleh Daksha. Saat Sati benar-benar menikahi Siwa, Daksha memutuskan ikatan ayah dan anak dengan Sati dan menolak mengundang Sati ke acara keluarganya sama sekali. Suatu ketika, ketika Sati nekat datang ke suatu upacara yajna yang diadakan Daksha, Daksha mencela suaminya dan dirinya habis-habisan sehingga Sati pun bersumpah tidak akan mau tinggal lagi dari tubuh yang dihasilkan oleh benih Daksha dan memutuskan untuk bakar diri.
Dewi Parwati
Atma (jiwa) Sati kemudian lahir kembali sebagai seorang putri di sebuah kerajaan di Himalaya. Namanya kali ini adalah Parwati. Sama seperti Sati, Parwati juga tidak mau dinikahi siapapun kecuali oleh Siwa, karena itu Parwati nekat mendaki ke Iswaraloka, melewati daerah-daerah salju abadi yang suhunya di bawah nol derajat Celcius ke tempat Siwa bertapa, Iswaraloka atau puncak Gunung Kailash.
Iswaraloka sendiri tidak lagi merupakan sebuah tempat yang hangat dan penuh dengan bunga pasca kematian Sati. Siwa telah mengubahnya menjadi padang es abadi sementara dirinya sendiri tenggelam dalam tapa selama bertahun-tahun. Tak ada satupun yang bisa membangunkan Siwa dari tapanya itu sehingga kedatangan Parwati ke sana nyaris sia-sia.
Parwati nyaris tewas karena suhu dingin di puncak Kailash itu. Indra yang khawatir akan keselamatan Parwati akhirnya mengutus Kama – dewa cinta – untuk membangunkan Siwa dari tapanya. Kama memanah Siwa dan Siwa pun berhasil terbangun, tapi naas bagi Kama, ia membangunkan salah seorang Trimurti yang sedang ‘bad mood’ sehingga hal pertama yang Siwa lakukan adalah memusnahkan Kama. Meski Kama tewas, setidaknya Siwa akhirnya bersatu kembali dengan reinkarnasi Sati dan sekali lagi Iswaraloka dipenuhi dengan aneka bunga.
Pasca menikahi Siwa, Parwati sering disebut sebagai Uma – yang artinya Ibu, karena perannya sebagai Ibu Alam. Jika Siwa pergi bertapa atau ada urusan di luar Iswaraloka dan ada dewa yang perlu bertemu dengan Siwa, maka mereka akan menemui Parwati.
Dewi Durga
Dalam wujudnya sebagai dewi yang ramah dan murah hati, dewi ini disebut sebagai Parwati atau Uma, tapi saat sedang marah dewi ini disebut sebagai Durga. Sebagai Durga, matanya akan melebar, lengannya akan bertambah banyak (delapan atau sepuluh) dan masing-masing akan memegang senjata. Dalam kondisi yang benar-benar mendesak, Parwati mampu merubah dirinya menjadi sosok dewi berkulit hitam dan buas bernama Kaali (Kali).
Baik dalam wujud Durga maupun Kaali, Parwati akan menjadi sangat berbahaya. Konon kalau sampai Durga lepas kontrol, cuma Siwa seorang yang mampu menghentikannya.
Dewi Sudamala
Adalah legenda yang berkembang di Jawa Kuno dan Bali tentang nasib Dewi Uma yang kena kutuk Siwa akibat berbuat serong (meski alasannya kuat). Pada suatu ketika Siwa mengeluh sakit dan meminta Uma turun ke dunia untuk mencarikan obat berupa susu sapi (karena di Iswaraloka cuma ada sapi jantan yakni Nandi). Uma turun ke bumi tapi anehnya sampai sekian lama tidak menemukan satupun petani atau penggembala yang memelihara sapi betina putih. Pada akhirnya ia bertemu dengan seorang penggembala sapi yang punya betina putih. Uma meminta semangkuk susu pada si penggembala tapi si penggembala itu hanya mau memberi susu jika Uma mau tidur berdua dengannya. Uma menyanggupinya dan saat itulah penggembala itu menjelma menjadi sosok Dewa Siwa. Siwa pun mengutuk Uma karena dianggap sudah tidak bisa memegang prinsip dharma di mana tidak boleh seorang istri serong dengan lelaki manapun meski dalam kondisi terdesak sekalipun. Uma akhirnya menjelma menjadi Durga dan menghuni sebuah hutan pekuburan bernama Gandamayu (versi Bali) atau Sentra Gandamayit dalam versi Jawa.
Durga yang tinggal di Gandamayu menjadi sosok beringas dan pemarah sampai suatu ketika seorang dari Pandawa Lima, yakni Sadewa, tersesat (atau menurut versi Bali sengaja disesatkan oleh Durga yang merasuk ke dalam raga Kunti – ibu para Pandawa) ke dalam hutan Gandamayu. Sadewa diikat oleh Durga (atau Kunti) ke sebuah pohon dan Durga menolak melepaskannya sebelum Sadewa bersedia meruwatnya untuk membebaskan kutukannya supaya ia bisa kembali menjadi Uma.
Sadewa yang kebingungan dan tak tahu apa-apa menolak meruwat Durga tapi Durga bersikeras bahwa cuma Sadewa seorang yang mampu meruwat dirinya. Setelah sekian lama berperang argumen dengan pernyataan ‘Kamu bisa!’ dan jawaban ‘Aku nggak bisa!’ macam gini :
Durga : “Cuma kamu yang bisa!”
Sadewa: “Aku nggak bisa Dewi!”
Durga : “Kamu bisa!”
Sadewa : “Aku nggak bisa!”
Dst ...
Akhirnya Durga habis kesabaran dan hendak memakan Sadewa. Tapi di saat yang sama Siwa akhirnya merasuk ke dalam raga Sadewa dan Durga pun batal memakan Sadewa karena Sadewa sudah bisa meruwat dirinya. Pasca ruwatan, Durga kembali menjadi Uma, dan kembali ke kahyangan.
Durga Dalam Pewayangan
Dalam pewayangan Jawa, Siwa atau Batara Guru digambarkan sebagai dewa yang "maniak" seks dan Uma yang capek melahirkan lima anak (Sambu, Brama, Bayu, Indra, dan Wisnu) menolak saat Batara Guru hendak ‘buat anak keenam’. Akibatnya mani Batara Guru jatuh ke lautan dan menjelma menjadi Batara Kala. Saat Batara Kala masuk kahyangan untuk minta pengakuan dari orangtuanya, Uma yang tidak sudi mengakui Kala sebagai anaknya dikutuk ke bumi dan menjelma menjadi Durga. Kelak, Durga akan menikahi Batara Kala.
Trivia
- Dalam sebuah versi, Parwati punya saudari bernama Gangga, yang sama-sama tertarik pada Siwa.
- Kebanyakan arca Uma di Nusantara digambarkan dalam bentuk Durga.
- Durga adalah dewi utama yang disembah oleh sekte Bhairawa yang dahulu berkembang di wilayah Daha/Kahuripan dengan salah satu praktisinya yang paling terkenal adalah Calonarang.
- Dalam sekte Shaktiisme, Durga konon adalah pemimpin sekumpulan dewi perang bernama Matrika.
Kisah Kelahiran Dewi Uma
Dalam pewayangan jawa, Dewi Uma atau Dewi Umayi lahir dalam wujud bayangan yang ada dalam cahaya dan tidak dapat dilihat kasat mata. Sanghyang Manikmaya yang terkenal dengan kesaktianya langsung berubah wujud hingga mempunyai tangan yang sangat banyak. Berkat tangannya yang banyak, dia berhasil menangkap cahaya tersebut. Setelah itu caya dengan seketika berubah wujud menjadi bayi perempuan berkelamin ganda. Sanghyang Manikmaya kemudian merubah bayi menjadi perempuan sempurna. Setelah tumbuh dewasa, Sanghyang Manikmaya memperistri Dewi Umayi dan memiliki putra yang masing-masing bernama; Bathara Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala.
Karakter Dewi Uma
Dewi Uma atau Dewi Umayi dikenal memiliki watak yang sabar, perasaannya halus serta tajam. Ia berbakti kepada suaminya dan memiliki prinsip yang sangat kuat, tetapi murka ketika hak dan martabatnya tidak dihargai. Dewi uma berkuasa di Suralaya dan memerintah semua dewi. Dikisahkan bahwa dia memiliki kekuatan yang bisa mengimbangi Batara Guru (siwa). Suatu ketika dewi uma bertengkar dengan dewa siwa. Siwa menyumpahi dewi uma akan menjadi raksasa, sehingga berubah menjadi Dewi Durga. Sementara itu Dewi Uma menyumpahi siwa akan memiliki taring seperti raksasa, dengan seketika siwa memiliki taring seperti raksasa. Hal ini membuktikan bahwa kesaktian seorang perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.
Nama asli : Sati dan Parwati
Nama lain : Amba, Ambika, Adi Parashakti, Parwati, Uma, Sati.
Arti nama : Yang Suci / Tak Berdosa (Parwati), Yang Sangat Tangguh / Menempuh Jalan Yang Sulit (Durga), Kekuatan Yang Tak Terbatas (Adi Parashakti), Ibu / Putri Gunung (Uma), Wanita Yang Baik / Wanita Teladan (Sati)
Peran : Dewi Perang dan Kekuatan, Ibu Alam / Bunda Semesta.
Ras : Dewi
Golongan : Tridevi dan Matrika
Pasangan : Siwa (Weda dan Purana), Batara Kala (Pewayangan Jawa)
Anak : Ganesha, Kumara (Kartikeya), dan Batara Kala
Kediaman : Iswaraloka, Sentra Gandamayu / Gandamayit.
Wahana : Singa, macan, atau lembu Nandi.
Senjata : Kapak, tongkat pemukul, pedang, bajra–tongkat petir, perisai, tombak, trisula, panah, gading, palu, gada, pisau, lembing, bunga teratai, semak duri (intinya : segala jenis senjata yang mungkin dipakai para dewa).
Awatara : Kaali / Kali atau Durga Mahishashuramardini (Durga yang mengalahkan Mahisha Sura)
Dipublikasikan gaung joni 30 November 2015
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment