Iklan Billboard 970x250

Dewi Durga dan Dewi Kali Sang Penakluk Asura (Mahisasura Mardini)

Dewi Durga dan Dewi Kali Sang Penakluk Asura (Mahisasura Mardini)

HINDUALUKTA -- Dewi Durga dan Dewi Kali merupakan istri dari Dewa Siwa. Dewi Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah shakti Siwa. Dewi Durga (atau Betari Durga) biasanya dikenal juga dengan nama Dewi Parwati atau Dewi Uma. Dalam ajaran agama Hindu Parwati merupakan ibu dari Ganesa ,Dewa Kumara (Kartikeya) Ashokasundari Dan Dewa Kala. 

Durga digambarkan sebagai  seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.

Dewi Durga dan Dewi Kali Sang Penakluk Asura (Mahisasura Mardini)
Foto Wikipedia
Sedangkan Dewi Kali digambarkan sebagai seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak serta ular. Dewi Kali Berkalung tengkorak sebagai lambang kematian. Wajahnya mengerikan simbol bahwa kematian ditakuti manusia. Lidahnya menjulur keluar sebagai simbol bahwa tiada hari tanpa kematian, kematian selalu lapar, setiap orang akan ditelan maut. 

Dewi Kali merupakan lambang kematian. Dalam Kepercayaan Hindu Dewi Kali bersama dengan Dewa Siwa bertugas melebur segala makhluk yang sudah tak layak hidup di dunia. Dewi Kali sendiri merupakan lambang kematian.

Dewi Durga Penakluk Asura

Ada masanya ketika kahyangan diserang oleh sekelompok Raksasa Asura yang dipimpin oleh Mahesasura – seorang raksasa berkepala banteng/kerbau – dan dewata-dewata laki-laki tak sanggup menghalau serangan Mahesasura. Semua dewa itu kemudian menghadap Trimurti dan saat itu juga para dewa – konon dimulai dari Wisnu – menyerahkan kekuatan mereka kepada Parwati dan mengubah sosok Parwati menjadi sebuah manifestasi kekuatan para dewa yang digabung jadi satu. Sosok ini disebut Durga – yang sangat perkasa. Mereka kemudian menyerahkan pada Durga segala Astra yang mereka miliki dan Durga pun maju ke medan perang untuk melawan Mahesasura (dan juga wakilnya Lembusura).

Pasukan Mahesasura serempak menyerang Durga, namun semua Asura itu habis dicacah dan dibabat oleh Durga hingga akhirnya hanya menyisakan Mahesasura seorang untuk bertarung satu lawan satu dengan Durga. Konon Mahesasura memiliki kemampuan untuk terus merubah wujudnya setiap kali dikalahkan. Durga juga sempat mengalami momen saat Mahesasura terus menerus berubah. Kadang Mahesasura berubah wujud menjadi gajah, macan, pemain pedang, kerbau sampai akhirnya Mahesasura berubah wujud untuk terakhir kalinya sebagai sosok manusia yang tak bersenjata – sebagai upaya untuk memohon belas kasih dari Durga. Tapi Durga tanpa ragu menebas sosok manusia itu dan mengakhiri nyawa Mahesasura.

Karena sudah mengalahkan Mahesasura, sejak saat itu Durga disebut dengan nama Durga Mahesasuramardhini.

Dewi Kali Sang Penakluk Asura

Kaali atau Kali adalah aspek kroda (demonik) dari Parwati selain Durga. Digambarkan sebagai wanita berkulit hitam yang lidahnya terjulur, mengenakan kalung tengkorak dan memiliki banyak lengan dengan masing-masing lengan memegang senjata, sosok Kaali adalah mimpi buruk bagi para Asura, Dewata, maupun manusia.

Kaali mewakili kematian, baik bagi para manusia, Asura, maupun Dewata. Kaali juga ganas dan tidak pandang bulu. Nyaris tidak ada satupun makhluk yang dapat menghentikannya kecuali Siwa.

Kemunculan wujud Kaali yang paling terkenal adalah saat ada kahyangan kembali diserang oleh Asura sakti yang bernama Raktabija. Raktabija memiliki kemampuan menggandakan diri yang tidak lazim. Setiap kali para dewa dan dewi melukainya, setiap tetes darah Raktabija berubah menjadi individu baru yang identik dengan Raktabija aslinya.

Matrika – dewi-dewi perang – dan para dewa langsung mendapati bahwa melukai Raktabija justru memperburuk situasi pertempuran. Karena itulah Parwati mengambil rupa Dewi Kaali dan tindakan pertama yang ia lakukan adalah melukai Raktabija namun langsung menghisap setiap tetes darah Raktabija yang mengucur keluar. Kaali melakukan hal itu berulangkali sampai Raktabija kehabisan darah. 

Sisa-sisa kloning Raktabija sendiri kemudian ‘dimakan’ oleh Kaali bulat-bulat dan setelah itu Kaali konon menari-nari bak orang gila di tengah medan tempur. Tapi seperti suaminya, tarian Kaali juga bisa punya efek destruktif bagi dunia-dunia. Dewa-dewa lain berusaha menghentikan tarian Kaali namun mereka gagal. Siwa akhirnya membaringkan diri ke tanah dan membiarkan setiap hentakan kaki Kaali menghantam dirinya. Setelah beberapa lama Kaali akhirnya baru sadar bahwa yang jadi ‘lantai dansanya’ barusan adalah suaminya sendiri. Kaali pun akhirnya menghentikan tariannya dan kembali menjadi sosok Parwati.
  1. Semua arca Durga yang diketemukan di Indonesia adalah representasi dari Durga Mahesasuramardhini termasuk arca Roro Jonggrang yang ada di Candi Prambanan.
  2. Para penganut Hindu di Indonesia tidak memiliki representasi arca untuk Dewi Kaali, hanya Durga.
  3. Kaali berbagi nama yang sama dengan salah satu Asura yang menjadi lawan utama Wisnu, yakni Asura Kali.
  4. Baik penganut Hindu Siwa Sidanta dan Bhairawa pada masa kerajaan Mataram Kuno, Kahuripan, sampai Majapahit sama-sama menyembah Durga sebagai dewi kekuatan. Bedanya sekte Bhairawa lazim menggunakan kekuatan dari Durga untuk melakukan pengleakan, penganut Siwa Sidanta tidak.
  5. Sosok Lembusura hanya ada dalam versi Indonesia.

Nama Lain Dari Dewi Kali dan Dewi Durga

Dewi Kali dan Dewi Durga sebenarnya adalah sama. Dia sebenarnya dikenal sebagai Kali dan juga dikenal dengan nama Dewi Durga. Yang membedakan adalah wujudnya ketika melakukan peleburan. Dewi Kali dan Dewi Durga dikenal juga dengan nama Kali, Durga Mahesasuramardhini, Durgasaptasati, Candika, Durga Nawa Ratri, Mama Jii, dan Kaali Maa.

Arti Nama : Durga Yang Mengalahkan Mahesasura (Durga Mahesasuramardhini); Maha buas (Candika) ; Hitam, Gelap, Waktu, atau Kematian (Kaali); Ibu Kaali (Kaali Maa).
Peran : Dewi Perang
Ras : Dewi, Awatara Parwati.
Golongan : Tridevi dan Matrika
Pasangan : Siwa
Basis Operasi : Swargaloka, Setra Gandamayu.
Wahana : Singa, macan, atau lembu Nandi.
Senjata : Kapak, tongkat pemukul, pedang, bajra–tongkat petir, perisai, tombak, trisula, panah, gading, palu, gada, pisau, lembing, bunga teratai, semak duri (intinya : segala jenis senjata yang mungkin dipakai para dewa).
Lawan Utama : Mahesasura dan Lembusura (Durga Mahesasuramardhini), Raktabija (Kaali)

Dipublikasikan oleh agung joni tanggal 02 Desember 2015 di akun facebook agung Joni.
Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment

Iklan Tengah Post