Pengertian Ramayana dan Penulisnya Atau Pendirinya
HINDUALUKTA -- Pada pembahasan sebelumnya Penulis telah menjelaska mengenai pembagian Kitab Suci Ramaya. Namun karena banyak pertanya mengenai siapa yang menulis kitab Ramayana? Atau siapa pendiri Ramayana? Maka kami kembali menyajikan artikel dengan judul pengertian ramayana dan penulisnya atau pendiri ramayana. Tulisan ini akan membahas soal apa yang dimaksud dengan Ramayana? Atau apa pengertian Ramayana? Atau siapa pendiri Ramayana?
Jika dilihat dari arti katanyanya Ramayana berasal dari Bahasa Sanskerta, dari kata Rama dan Ayana. Rama adalah seorang putra yang dalam kepercayaan Hindu adalah awatara dari Dewa Wisnu, dan Ayana dapat diartikan sebagai perjalanan. Jadi Ramayana dapat diartikan sebagai perjalanan Rama.
Ramayana terdapat pula dalam: Khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.
Kitab Ramayana merupakan bagian dari Itihasa yang menceritakan tetang kepalawanan Rama. Isi dari cerita ini adalah tentang turunnya Awatara Rama menyelamatkan umat manusia dari kehancuran moralitas yang ditokohi oleh raja raksasa Rahwana. Rama adalah contoh seorang pelaksana dharma yang sejadi berhati baik dan hormat terhadap ayah dan ibu. Selain itu, cerita dalam Ramayana juga berisi tuntunan mulia untuk seluruh umat manusia yang ada di dunia, sejak masa silam hingga saat ini.
Ramayana terdapat pula dalam: Khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.
Kitab Ramayana merupakan bagian dari Itihasa yang menceritakan tetang kepalawanan Rama. Isi dari cerita ini adalah tentang turunnya Awatara Rama menyelamatkan umat manusia dari kehancuran moralitas yang ditokohi oleh raja raksasa Rahwana. Rama adalah contoh seorang pelaksana dharma yang sejadi berhati baik dan hormat terhadap ayah dan ibu. Selain itu, cerita dalam Ramayana juga berisi tuntunan mulia untuk seluruh umat manusia yang ada di dunia, sejak masa silam hingga saat ini.
Kitab Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab yang disebut dengan Sapta Kanda. Ada pun ketujuh kanda tersebut adalah sebagai berikut:
- Balakanda
- Ayodhyakanda
- Aranyakanda
- Kiskindhakanda
- Sundarakanda
- Yuddhakanda
- Uttarakanda
Penulis Kitab Suci Ramayana
Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Ia terlahir dengan nama "Ratnakar". Dikisahkan bahwa dahulu Rsi Walmiki adalah seorang perampok ulung, dan pembunuh kejam. Nama awalnya adalah Ratnakara. Kemudian dia menyerahkan diri kepada Rsi Narada untuk belajar tentang Weda. Setelah belajar weda dia menjadi seorang Bhagawan.
Rsi Walmiki dianggap berhasil mencapai kesempurnaan dengan kidung atau menyanyikan kidung suci keagamaan. Nyanyian rohani yang berisi puja-puji terhadap kemahakuasaan dan keagungan sifat-sifat Tuhan dan dengan mengulang-ulang nama dan sifat agung beliau dapat menyucikan Atman (percikan suci Tuhan yang ada dalam diri manusia) untuk kemudian manunggal (bersatu) dengan Paramătman (Sang Pencipta) pada segala zaman atau sejak dunia beserta isinya ini ada (diciptakan) (Pasraman Ganesha, Online. diakses tanggal 18 Agustus 2018).
Rsi Walmiki adalah putra dari Rsi Pracethasa. Pada zaman Tretayuga Ratnakara dikenal sebagai seorang pemburu, penjahat ulung dan perampok yang sangat kejam. Bahkan tidak segan-segan membunuh korbannya.
Kekejaman Ratnakara (Rsi Walmiki) terjadi karena dia hidup dilingkungan seorang pemburu yang kejam. Diceritakan bahwa dahulu Walmiki adalah seorang anak yang lincah dan cerdas. Dia suka bermain-main ke luar pertapaan ayahnya di tepi sungai Gangga India. Suatu ketika ia bermain jauh dari tempat tinggalnya, Walmiki lupa jalan pulang. Akhirnya dia menangis memanggil orang tuanya, seorang pemburu akhirnya menemukannya. Dia kemudian dijadikan anak angkat. Dari situlah jejak Rsi Walmiki menjadi orang yang kejam. Tumbuh dewasa dibawah bimbingan orang tua angkatnya. Dari situ mengikuti jejak ayahnya.
Kisah selanjutnya yakni ketika Ratnakara (Rsi Walmiki) tumbuh dewasa, dia memiliki istri dan anak-anak hingga cucu yang cukup banyak. Hingga suatu ketika tidak mampu lagi menghidupi keluarganya dari hasil buruan. Ratnakara kemudian mulai merampok dengan menghadang siapa saja yang dia temui di hutan. Demikian kehidupannya sehari-hari.
Pertemuan Rsi Narada dan Ratnakara
Pertemuan awal antara Rsi Narada dan Ratnakara berawal ketika Rsi Narada berjalan-jalan keluar ashram dan sudah menjadi kebiasaan Sang Rsi bilamana berjalan-jalan ia selalu melantunkan kidung (nyanyian) puja-puji Rama, nama Rama dan sifat-sifat keagungannya diucapkan berulang-ulang tiada henti, berkat bhakti (cinta kasih yang tulus) beliau. maka kekuatan Rama sebagai avathara (penjelmaan) Visnu selalu melindungi perjalanan Sang Rsi Narada.
Dalam perjalanan, ia kemudia mengantuk dan kurang konsentrasi dalam menyanyikan (menyebut) nama Rama, "RamaRama ji ge Rama" saking kantuknya sampai terbalik menjadi "Mara Mara' yang artinyapun menjadi jauh berbeda. Mara dalam bahasa sansekerta artinya adalah bahaya. Betul saja tak lama kemudian muncullah bahaya, Ratnakara datang menghadangnya, namun Rsi Narada tidak begitu terkejut melihat sosok Ratnakara yang siap merampoknya, saat itu kebetulan Rsi Narada hanyalah membawa Wina (sejenis alat musik) maka diambillah Wina itu oleh Ratnakara.
Tak lama kemudian, Rsi Narada sadar bahwa dia salah mengucapkan nyanyian nama Rama ia pun memperbaiki dengan penuh konsentrasi disertai rasa bhakti yang tulus dan mengulang-ulang kembali menyebut nama Rama dalam hati saja (manasa) tanpa terdengar oleh Ratnakara. Kekuatan kidung suci itu benar-benar menggetarkan Atman yang bersemayam pada diri Ratnakara. Akhirnya Ratnakara tersadar akan dosa-dosanya yang pernah ia perbuat, ia lalu merunduk sebagai tanda hormat.
Pada waktu itu juga Ratnakara menyesali segala perbuatannya seperti merampok, membunuh yang pernah dilakukannya. Ratnakara menjatuhkan dirinya ke kaki Rsi Narada sebagai ungkapan permintaan maaf yang tulus dari seorang murid (bhakta) kepada guru (acharya), ia lalu menyerahkan diri untuk menjadi muridnya, Sang Rsi Narada pun menerimanya dengan penuh cinta kasih, selanjutnya ia diberikan pelajaran yoga dan pemula hingga yang paling tinggi tingkatannya.
Setelah yoganya mantap ia lalu melakukan tapa brata selama bertahun-tahun, saking tekunnya ia melakukan tapa, ia tidak bergeming sedikitpun ketika ribuan semut mengerumuni tubuhnya, bahkan sampai semut-semut itu membuat sarang, hingga menutupi sekujur tubuhnya sampai tidak kelihatan lagi badannya. Melihat keteguhan Ratnakara itu, Rsi Narada sangat gembira. Setelah Ratnakara sudah dianggap sukses dan berhasil menguasai dirinya. Sarang semut itu lalu dibongkar oleh Rsi Narada, kemudian didapatilah Ratnakara masih tetap tenang dalam semadhinya, tubuhnya sedikitpun tidak terpengaruh oleh gigitan semut.
Ketika Ratnakara sadar didatangi oleh Rsi Narada, lalu Ratnakara menghaturkan sembah sujud, memberi hormat sebagaimana ketentuan (sesana) seorang murid (bhakta) terhadap gurunya (acharya). Tak lama kemudian Ratnakara didiksa atau diwisuda (dwijati) dengan upacara sederhana sekali (nistaning nista) untuk menjadi seorang Rsi, oleh Rsi Narada kemudian Ratnakara diberi nama baru (gelar) Rsi Walmiki sebagai nama dwijati. Kata “Walmiki” sebenarnya berasal dari kata “Walmika” yang dalam bahasa sansekerta berarti rumah semut, ia diberi nama dwijati Walmiki karena dianggap terlahir dari rumah semut pada waktu ia menjalankan tapa brata.
Rsi Walmiki inilah oleh Dewa Brahma dianugrahi kekuatan spiritual yang hébat untuk dapat melihat dan mengetahui dengan jelas seluruh peristiwa dan kehidupan Sri Rama sebagai penjelmaan dari Dewa Wisnu, dan sejak Sri Rama lahir sebagai putra Prabu Dasaratha, Raja Ayodhya hingga kembali ke swarga loka sebagai Visnu. Dengan kemampuan yang diberikan oleh Dewa Brahma ia kemudian menyusun syair yang berjumlah 24.000 sloka, syair-syair tersebut diajarkan kepada Kusa dan Lawa, yang memenangkan sayembara/lomba baca syair (utsawa dharrna gita), kisah perjalanan hidup Sang Rama itulah kemudian dikenal sebagai Itihasa Ramayana yang sangat terkenal dari zaman ke zaman hingga sekarang.
Demikianlah keutamaan kidung suci bila diucapkan dengan sungguh-sungguh disertai penyerahan diri yang tulus ikhlas (bhakti) akan membuat orang menjadi sadar, perasaan orang menjadi halus dan suci serta dapat menghantarkan Atman (kekuatan Tuhan yang ada dalam diri setiap mahluk hidup) menjadi semakin dekat dengan Brahman, Sang Pencipta (Tuhan), dengan kidung suci akan dapat membentuk struktur rohani yaitu Atman akan menguasai budhi, kemudian budhi akan menguasai pikiran (manah) dan manah akan menguasai indriya, sehingga dapat melahirkan tingkah laku yang selalu terkontrol dengan baik, disamping akan mendorong orang lain untuk ikut berbuat baik.
Artikel ini diringkas dari berbagai sumber.
Rsi Walmiki dianggap berhasil mencapai kesempurnaan dengan kidung atau menyanyikan kidung suci keagamaan. Nyanyian rohani yang berisi puja-puji terhadap kemahakuasaan dan keagungan sifat-sifat Tuhan dan dengan mengulang-ulang nama dan sifat agung beliau dapat menyucikan Atman (percikan suci Tuhan yang ada dalam diri manusia) untuk kemudian manunggal (bersatu) dengan Paramătman (Sang Pencipta) pada segala zaman atau sejak dunia beserta isinya ini ada (diciptakan) (Pasraman Ganesha, Online. diakses tanggal 18 Agustus 2018).
Rsi Walmiki adalah putra dari Rsi Pracethasa. Pada zaman Tretayuga Ratnakara dikenal sebagai seorang pemburu, penjahat ulung dan perampok yang sangat kejam. Bahkan tidak segan-segan membunuh korbannya.
Kekejaman Ratnakara (Rsi Walmiki) terjadi karena dia hidup dilingkungan seorang pemburu yang kejam. Diceritakan bahwa dahulu Walmiki adalah seorang anak yang lincah dan cerdas. Dia suka bermain-main ke luar pertapaan ayahnya di tepi sungai Gangga India. Suatu ketika ia bermain jauh dari tempat tinggalnya, Walmiki lupa jalan pulang. Akhirnya dia menangis memanggil orang tuanya, seorang pemburu akhirnya menemukannya. Dia kemudian dijadikan anak angkat. Dari situlah jejak Rsi Walmiki menjadi orang yang kejam. Tumbuh dewasa dibawah bimbingan orang tua angkatnya. Dari situ mengikuti jejak ayahnya.
Kisah selanjutnya yakni ketika Ratnakara (Rsi Walmiki) tumbuh dewasa, dia memiliki istri dan anak-anak hingga cucu yang cukup banyak. Hingga suatu ketika tidak mampu lagi menghidupi keluarganya dari hasil buruan. Ratnakara kemudian mulai merampok dengan menghadang siapa saja yang dia temui di hutan. Demikian kehidupannya sehari-hari.
Pertemuan Rsi Narada dan Ratnakara
Pertemuan awal antara Rsi Narada dan Ratnakara berawal ketika Rsi Narada berjalan-jalan keluar ashram dan sudah menjadi kebiasaan Sang Rsi bilamana berjalan-jalan ia selalu melantunkan kidung (nyanyian) puja-puji Rama, nama Rama dan sifat-sifat keagungannya diucapkan berulang-ulang tiada henti, berkat bhakti (cinta kasih yang tulus) beliau. maka kekuatan Rama sebagai avathara (penjelmaan) Visnu selalu melindungi perjalanan Sang Rsi Narada.
Dalam perjalanan, ia kemudia mengantuk dan kurang konsentrasi dalam menyanyikan (menyebut) nama Rama, "RamaRama ji ge Rama" saking kantuknya sampai terbalik menjadi "Mara Mara' yang artinyapun menjadi jauh berbeda. Mara dalam bahasa sansekerta artinya adalah bahaya. Betul saja tak lama kemudian muncullah bahaya, Ratnakara datang menghadangnya, namun Rsi Narada tidak begitu terkejut melihat sosok Ratnakara yang siap merampoknya, saat itu kebetulan Rsi Narada hanyalah membawa Wina (sejenis alat musik) maka diambillah Wina itu oleh Ratnakara.
Tak lama kemudian, Rsi Narada sadar bahwa dia salah mengucapkan nyanyian nama Rama ia pun memperbaiki dengan penuh konsentrasi disertai rasa bhakti yang tulus dan mengulang-ulang kembali menyebut nama Rama dalam hati saja (manasa) tanpa terdengar oleh Ratnakara. Kekuatan kidung suci itu benar-benar menggetarkan Atman yang bersemayam pada diri Ratnakara. Akhirnya Ratnakara tersadar akan dosa-dosanya yang pernah ia perbuat, ia lalu merunduk sebagai tanda hormat.
Pada waktu itu juga Ratnakara menyesali segala perbuatannya seperti merampok, membunuh yang pernah dilakukannya. Ratnakara menjatuhkan dirinya ke kaki Rsi Narada sebagai ungkapan permintaan maaf yang tulus dari seorang murid (bhakta) kepada guru (acharya), ia lalu menyerahkan diri untuk menjadi muridnya, Sang Rsi Narada pun menerimanya dengan penuh cinta kasih, selanjutnya ia diberikan pelajaran yoga dan pemula hingga yang paling tinggi tingkatannya.
Setelah yoganya mantap ia lalu melakukan tapa brata selama bertahun-tahun, saking tekunnya ia melakukan tapa, ia tidak bergeming sedikitpun ketika ribuan semut mengerumuni tubuhnya, bahkan sampai semut-semut itu membuat sarang, hingga menutupi sekujur tubuhnya sampai tidak kelihatan lagi badannya. Melihat keteguhan Ratnakara itu, Rsi Narada sangat gembira. Setelah Ratnakara sudah dianggap sukses dan berhasil menguasai dirinya. Sarang semut itu lalu dibongkar oleh Rsi Narada, kemudian didapatilah Ratnakara masih tetap tenang dalam semadhinya, tubuhnya sedikitpun tidak terpengaruh oleh gigitan semut.
Ketika Ratnakara sadar didatangi oleh Rsi Narada, lalu Ratnakara menghaturkan sembah sujud, memberi hormat sebagaimana ketentuan (sesana) seorang murid (bhakta) terhadap gurunya (acharya). Tak lama kemudian Ratnakara didiksa atau diwisuda (dwijati) dengan upacara sederhana sekali (nistaning nista) untuk menjadi seorang Rsi, oleh Rsi Narada kemudian Ratnakara diberi nama baru (gelar) Rsi Walmiki sebagai nama dwijati. Kata “Walmiki” sebenarnya berasal dari kata “Walmika” yang dalam bahasa sansekerta berarti rumah semut, ia diberi nama dwijati Walmiki karena dianggap terlahir dari rumah semut pada waktu ia menjalankan tapa brata.
Rsi Walmiki inilah oleh Dewa Brahma dianugrahi kekuatan spiritual yang hébat untuk dapat melihat dan mengetahui dengan jelas seluruh peristiwa dan kehidupan Sri Rama sebagai penjelmaan dari Dewa Wisnu, dan sejak Sri Rama lahir sebagai putra Prabu Dasaratha, Raja Ayodhya hingga kembali ke swarga loka sebagai Visnu. Dengan kemampuan yang diberikan oleh Dewa Brahma ia kemudian menyusun syair yang berjumlah 24.000 sloka, syair-syair tersebut diajarkan kepada Kusa dan Lawa, yang memenangkan sayembara/lomba baca syair (utsawa dharrna gita), kisah perjalanan hidup Sang Rama itulah kemudian dikenal sebagai Itihasa Ramayana yang sangat terkenal dari zaman ke zaman hingga sekarang.
Demikianlah keutamaan kidung suci bila diucapkan dengan sungguh-sungguh disertai penyerahan diri yang tulus ikhlas (bhakti) akan membuat orang menjadi sadar, perasaan orang menjadi halus dan suci serta dapat menghantarkan Atman (kekuatan Tuhan yang ada dalam diri setiap mahluk hidup) menjadi semakin dekat dengan Brahman, Sang Pencipta (Tuhan), dengan kidung suci akan dapat membentuk struktur rohani yaitu Atman akan menguasai budhi, kemudian budhi akan menguasai pikiran (manah) dan manah akan menguasai indriya, sehingga dapat melahirkan tingkah laku yang selalu terkontrol dengan baik, disamping akan mendorong orang lain untuk ikut berbuat baik.
Artikel ini diringkas dari berbagai sumber.
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment