Iklan Billboard 970x250

Pengertian dan Ciri-Ciri Kehidupan Zaman Kaliyuga

Pengertian dan Ciri-Ciri Kehidupan Zaman Kaliyuga

HINDUALUKTA -- Kaliyuga berasal dari dua kata yakni Kali (bahasa Hindi) berarti “yang hitam". Sedangkan Yuga dapat diartikan siklus atau zaman. Jadi Zaman Kaliyuga dapat diartikan sebagai zaman kegelapan. Yuga (Dewanagari: युग) atau 1 Mahayuga adalah suatu siklus perkembangan zaman yang terjadi di muka bumi. Dalam Ajaran agama Hindu Yuga dibagi menajadi empat yakni Krtayuga, Trta Yuga, Dwapara Yuga dan Kali Yuga.

Pengertian dan Ciri-Ciri Kehidupan Zaman Kaliyuga
Foto: bhava
Dikatakan juga bahwa Kata Kali Yuga berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti keadaan yang penuh dengan pertentangan, perkelahian, percekcokan, bahkan pembunuhan, yang dipicu oleh kecurigaan, ketidakadilan, kebohongan dengan kekerasan, di mana kejujuran  sudah tidak ada tempatnya dan tersingkirkan, moral sudah terabaikan dan berganti dengan perburuan kepada “keagungan” material, saling berebut ruang dan tempat untuk identitasi diri dan melegalkan posisi diri pribadi di luar nilai etika dan moral holistik. 

Umur Kaliyuga

Zaman Kali Yuga berlangsung selama 432.000 tahun (wikipedia). Zaman ini dikenal sebagai zaman terakhir. Dalam postingan PHDI yang bejudul "Kewajiban Manusia Pada Zaman Kaliyuga", dikatakan bahwa Kaliyuga merupakan kebalikan dari zaman Krta/Satya Yuga, dimana kalau pada zaman krta yuga hati manusia benar-benar tertuju kepada Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pengembali alam beserta isinya, maka pada zaman kaliyuga kepuasan hatilah yang menjadi tujuan utama dari manusia. 

Pada jaman Kaliyuga manusia bisa puas jika sudah memenuhi seluruh keinginannya yang bersifat materi (duniawi). Pada zaman ini juga manusia lebih mementingkan diri sendiri dibandikan membantu orang lain. Manusia penuh dengan sifat egois (ahangkara), dan ingin menang sendiri.

Zaman ini dipenuhi dengan kebingungan, ketidak harmonisan, serta sangat sedikit manusia mempelajari ajaran agama. Manusia sangat jauh dari Tuhan. Dunia mengalami kerancuan, malapetaka dan arah yang tidak menentu.

Ciri Ciri Zaman Kaliyuga

Lontar Rogha Sanghara Bumi pada Lampiran I B, dalam terjemahan disebutkan zaman Kali (Kali Yuga) ditandai dengan peristiwa di mana para Dewa meninggalkan bumi dengan digantikan oleh para Bhuta menguasai bumi.  Kitab Kakawin Niti Çastra Sargah IV Sloka 78 dijelaskan bahwa Zaman Kaliyuga pemberian itu yang diutamakan dan dihargai setinggi awan oleh masyarakat.  Maka dari itu, zaman Kali ini orang-orang  jahat dan gila (tetapi kaya), tegasnya yang jahat dan rusuh itu sumber-sumber kehancuran, mereka menyakiti orang-orang baik.

Dalam Kitab Kakawin Niti Çastra Sargah IV, Kakawin Wirama Dasar: Wirat, Kadang Wirama: Ragakusuma, 13-14 (31-32), tentang sifat, letak hidup, umur manusia dan panjang jaman Kali Yuga : Dikatakan Zaman Kaliyuga terjadi perselisihan, bahan perkelahian selalu timbul kekerasan  dan dilawan pula dengan kekerasan, tidak ada manusia berhati emas, semua berhati besi untuk menghancurkan manusia lainnya, hidup teletak di sumsum tulang, umur manusia tinggal  100 tahun dan akhirnya umur manusia hanya tinggal ± 83 tahun (1.000 bulan) dan pada jaman penghabisan umur manusia di zaman Kali 40 tahunlah batas umur manusia.  Umur zaman Kali (Kali Yuga) atau Kalisangara ini panjang dan lamanya sampai 1.111 tahun.

Kitab “Korawaçrama” (susunan J. L. Swelengrobol) pada Muka 52-54 dan Muka 64-66, bahwa tanda-tanda Jaman Kali/Kali Yuga, yang antara lain dikatakan: Orang-orang kikir dan licik menjadi kaya. Penjahat-penjahat panjang umurnya, tetapi orang-orang berbudi dan saleh cepat matinya, lekas meninggalkan dunia yang penuh dengan kegelapan dan kebejatan.  Tingkah laku hina dianggap utama,  kebiasaan menghadang di jalan itu dianggap pemberani. Kebodohan dianggap kebijaksanaan karena kebijaksanaan dianggap kebodohan.

Dalam Buku “Menggantang Hidup Di Jaman Kali Yuga” oleh I Nengah Merta (Cetakan Pertama Januari 2009), tanda-tanda zaman Kali/Kali Yuga akibat kekuatan alam, seperti: Gempa: apalagi Indonesia, di mana akan terjadinya gempa dilihat dari Sumatera sampai ke Indonesia bagian Timur, bahkan muaranya di Lautan Pasifik (gempa tektonik dan gempa geotektonik). Gunung meletus: terus meningkat jumlahnya melihat maraknya gunung api yang seakan-akan dikomando untuk membawa manusia ke kolam penderitaan. Angin topan: seperti pangin puting beliung, durian, tepan mitag dan lain sebagainya yang dilahirkan oleh pemanasan global. 

Banjir dan tanah longsor: gempa, gunung meletus, angin topan termasuk banjir merupakan isyarat Tuhan, adalah fenomena alam yang patut dideteksi guna meminimalkan bahaya yang harus dihadapi. Meningkatnya panas bumi: diprediksi bahwa meningkatnya panas bumi diakibatkan emisi karbon tidak dapat terserap sebagai mana mestinya (proses asimilasi). Air laut naik: masalah pemanasan global menjadikan bongkahan es di kutub turut berbicara dengan reaksi eksklusif berlomba-lomba mencairkan diri yang berakibat volume air laut naik yang akan merendam sebagian besar daratan dan dapat menenggelamkan beberapa pulau di kawasan dunia. 

Timbulnya keajaiban dalam kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan, seperti: kelahiran anak ayam berkaki tiga., anak babi lahir bermuka seperti muka manusia, sedangkan dalam alam tumbuh-tumbuhan keajaiban itu terlihat pada pohon yang mengeluarkan air seperti hujan gerimis, tumbuhnya bunga Raflesia di beberapa tempat, pohon pisang berbuah menyerupai buah nangka (sesuai kejadian-kejadian yang disiarkan oleh TV maupun berita-berita di radio).

Kemerosotan Moral

Pada Zaman Kalityuga manusia mengalami kemerosotan moral. Hal ini ditandai dengan manusia mengutamakan kekayaan Semua orang-orang saleh, para perwira, para cendekiawan, para pendeta pada mengabdi di kaki orang kaya. Agama  dijadikan alat untuk mencapai cita-citanya.

Raja-raja yang telah dihina itu, menghina para pendeta, karena para alim ulama yang juga tidak dapat dihargai lagi.  Mereka tidak lagi menepati menepati rukun dan aturan-aturan agama.  Dunia tidak lagi menjadi suci lagi.  Krisis akhlak menjadi merajalela.  Tidak ada tinggi rendah semua golongan mengaku pandai berbudi dan taat pada agama.  Jika mereka diangkat pendeta, atau menjadi pemimpin agama, segala perbuatannya tidak lain dari menurunkan, menjatuhkan nama baik agama, bahkan masyarakatpun mendapat hasutan bahwa agama itu adalah candu rakyat. Mereka saling meninggikan diri, suka berkelahi dan memperebutkan kedudukan tinggi.  Mereka sampai lupa pada diri sendiri.


Sebutan Kali Yuga

Zaman Besi, zaman Kehancuran, Zaman Kegelapan, Zaman Hitam.





Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment

Iklan Tengah Post