Pengertian Sancita Karma Phala Dalam Ajaran Agama Hindu
Secara etimologi Sancita Karma Phala dapat diartikan sebagai hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatan di kehidupan sebelumnya. Sancita Karma Phala juga dapat diartikan sebagai phala atau hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita sekarang.
Karma Phala sendiri jika dilihat dari etimologi katanya maka berasal dari bahasa sanskerta dari kata Karma yang berarti perbuatan, atau aksi dan phala yang artinya buah atau hasil. Jadi Karma Phala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
Adapun contoh dari Sancita Karma Phala yakni misalnya di kehidupan yang lalu, kita melakukan korupsi atau mengambil hak rakyat ratusan rupiah, karena sedang berkuasa atau pintar berkelit, uang tersebut digunakan bersenang-senang. Pahalanya (karmanya) belum sempat dinikmati, sehingga pada kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup kita jadi sengsara, atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara.
Contoh lain misalnya dahulu kita selalu berbuat baik, suka menolong, membantu orang miskin, mengabdikan diri kepada masyarakat, jujur terhadap semua orang, rajin sembayang, dan taat terhadap semua aturan Negara. Pada kehidupan sekarang kita terlahir dikeluarga dermawan, berhati mulia, mendapatkan penghargaan dari masyarakat dan dihormati semua orang. Hal ini dikarenakan pada kehidupan terdahulu kita sering melakukan hal-hal yang bersifat positif.
Dalam ajaran agama Hindu, terdapat tiga karma phala yang pada intinya mengulas tentang buah dari hasil perbuatan. Untuk itu kewajiban kita sebagai umat Hindu dalam hal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah dengan akibat dari perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam pelanggaran ajaran Veda. Karena segala perbuatan akan yang menghasil buah atau phala. Lakukanlah perbuatan baik maka anda akan mendapatkan tujuan hidup yang lebih baik pula.
Semua umat Hindu percaya bahwa tujuan akhir dari manusia yakni Moksa yaitu terbebasnya jiwa (atman) dari ikatan duniawi atau samsara (kelahiran kembali). Ngurah Nala dan Sudharta (2009: 41) menjelaskan apabila Atman itu sudah bersih, oleh karena Ia mentaati petujuk-petunjuk Sang Hyang Widhi (Tuhan), maka Atman itu tidak terikat dengan hukum karma, disebut Niskama Karma, dan Tidak lagi mengalami Punarbhawa, tidak mengalami Samsara. Keadaan inilah yang disebut Moksa atau kelepasan (pembebasan).
Moksa juga merupakan bagian dari Catur Purushà rtha yaitu empat tujuan hidup umat Hindu. Ada pun bagian-bagiannya adalah dharma (kebenaran), artha (kesejahteraan), kama (keinginan/kenikmatan duniawi), dan moksa (kebebasan sejati). Moksa dapat disamakan dengan nirwana, nisreyasa (keparamarthan) yang merupakan Brahman yang sangat gaib dan berada di luar pikiran manusia, dengan demikian Moksa dapat disamakan dengan Nirguna Brahman (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 2).
Moksa dapat dicapai dengan melakukan perbuatan dharma. Moksa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu akar kata “Muc” yang artinya “Membebaskan” atau “Melepaskan” (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 2).
Catatan:
Dari beberapa sumber dijelaskan bahwa bila mana karma wasana kita pada kehidupan dulu baik maka kehidupan sekarang juga akan baik, selalu bahagia, sejahtera dan senang. Sedangkan bila pada kehidupan sebelumnya selalu berbuat buruk atau tidak baik maka pada kehidupan sekarang hidup kita akan selalu sudah, sengsara, dan menderita. Karma phala juga akan mempengaruhi reinkarnasi seseorang dimana akan dilahirkan kelak.
Post a Comment
Post a Comment